MARTAPURA – Sebagai upaya antisipasi dan mencari solusi terkait antrean BBM yang masih kerap terjadi, Sat Intelkam Polres OKU Timur menginisiasi rapat koordinasi bersama Kadisdagperin dan para pengurus SPBU, Selasa (29/11/2022).
Dalam rapat yang digelar di ruang Sat Intelkam ini juga akhirnya para pengurus SPBU di OKU Timur mengungkapkan beberapa kendala yang dialami dalam pengisian BBM.
Saat ini pengisian BBM menerapkan sistem digitalisasi, namun sistem tersebut dinilai memperlambat proses pengisian.
Kasat Intelkam Polres OKU Timur Iptu Arie Gusman menjelaskan, rapat koordinasi ini dalam rangka menindaklanjuti laporan antrean dan mengantisipasi penyalahgunaan penyaluran BBM kepada oknum-oknum tertentu atau tidak tepat sasaran.
“Dari rapat koordinasi ini terungkap bahwa salah satu penyebab adalah SPBU sudah digital apabila tidak terkoneksi maka BBM tidak bisa disalurkan, sedangkan dari digital ke manual ada mekanisme yang harus dilewati. Ketika sudah bisa dimanualkan tapi antrean sudah panjang,” kata Kasat Intel.
Selain itu, yang menjadi kendala adalah terdapat di beberapa kecamatan yang tidak ada SPBU diantaranya Madang Suku II, Madang Suku III, Cempaka dan di jalur komering.
Hal itu juga membuat para petani kesulitan, sedangkan untuk mengisi BBM menggunakan jerigen sudah dilarang.
“Maka dalam rapat koordinasi ini kita mengajak Pemerintah Kabupaten untuk menyampaikan pada Pertamina,” ujar Arie.
Tak hanya sampai disitu, permasalahan berikutnya adalah terjadinya pengisian BBM secara berulang oleh pengendara.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Iptu Arie menyarankan agar pemilik kendaraan fotokopi stnk miliknya kemudian di stabilo (catat) warna dan plat kendaraanya.
“Ada niat dari masyarakat mengganti nopolnya maka akan dicek plat dengan Stnk pasti beda, mungkin ini salah satu cara efektif yang bisa dilakukan,” ujarnya.
Selanjutnya, Kadisdagperin OKU Timur Amin Zen mengatakan, penyebab antrean panjang ialah adanya perubahan ke digitalisasi dan banyaknya volume angkutan kendaraan.
Kemudian juga tempat-tempat SPBU yang sempit sehingga terlihat antrean yang panjang.
“Kita akan evaluasi apabila sekiranya SPBU-SPBU yang kebutuhan mereka perlu ditambah maka akan kita usulkan melalui
Pertamina dan pemerintah akan mengambil sikap kalau memang perlu tambahan kuota,” bebernya.
Selain itu, lanjut dia, terkadang petugas SPBU kerepotan karena bukan hanya kendaraan saja yang ada di OKU Timur namun ada traktor dari sawah yang tidak mungkin dibawa langsung ke SPBU.
“Ini yang memang agak repot, Pertamina tidak memperbolehkan pakai derijen sedangkan petani kalau tidak pakai derijen traktornya tidak jalan,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Pengurus SPBU di OKU Timur Naslim Umar mengungkapkan bahwa memang kebutuhan besar di OKU Timur adalah di sektor pertanian.
“Mereka (petani) itu mohon supaya kehutuhan-kebutuhan mereka juga terpenuhi,” bebernya.
Petani saat ini mengalami kendala mengisi BBM karena dilarang memakai jerigen, sehingga memohon kemudahan.
“Kalau tidak ada payung hukumnya secara aturan maka kalau mereka mengisi pake jerigen itu sifatnya negatif, jadi kita minta tolong agar semuanya itu terpenuhi jangan seolah-olah ada penyalahgunaan. Melalui rapat yang diinisiasi Kasat Intel Iptu Arie Gusman ini saya benar-benar apresiasi bahwa dia memberikan ruang terhadap kita SPBU supaya semua masyarakat bisa memenuhi kebetuhanya, ada kolaborasi pemerintah Insyaallah semuanya lancar,” tutupnya.