Rakjatdaily.com – PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) berupaya mendukung ekonomi kerakyatan di Indonesia melalui Holding Ultra Mikro (UMi). Pasalnya, ekonomi kerakyatan menjadi pondasi dasar perekonomian nasional.
Menurut Direktur Utama BRI Sunarso, holding ultra mikro dibentuk dengan tujuan memberi kemudahan masyarakat dalam melakukan kredit finansial. BRI sebagai pelaku microfinance terbesar di dunia ingin pelaku usaha mikro bisa naik kelas.
“Sebenarnya holding ultra mikro adalah supaya strategi kita, resources kita, lebih fokus melayani masyarakat bawah ini sebanyak mungkin,” ujar Sunarso dalam G20 Financial Inclusion Talks CNBC Indonesia, dikutip Rabu (26/10/2022).
Dia berharap dengan adanya holding ultra mikro penyatuan berbagai kendala dalam melakukan kredit keuangan bisa terintegrasi menjadi satu kesatuan. Selain itu, hasil dari kesatuan tersebut bisa menghadirkan kecepatan, kemudahan dan kemurahan sekaligus dalam memberikan pelayanan.
Strategi yang sudah dilakukan dalam program tersebut, di antaranya BRI telah melakukan peningkatan resources dengan memasok dana yang bisa memangkas biaya operasional pihak pemberi kredit.
“Makanya kemudian sekarang yang mengambil kredit di PNM, yang mengambil kredit di Pegadaian mungkin bisa menikmati bunga yang lebih murah. Karena sumber dananya sudah bisa dipasok oleh BRI dan kemudian lebih murah,” imbuhnya.
Selain itu, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan melalui holding ultra mikro, perseroan melakukan 3 inisiatif untuk meningkatkan para pelaku UMKM untuk naik kelas. Inisiatif tersebut dilakukan dengan Co-location, meningkatkan tenaga pemasaran, dan mengolah data untuk melihat pola perilaku kegiatan usaha.
“Co-location jadi penyatuan resources kantor-kantor fisik, terutama yang dimiliki BRI. Co-location dengan Senyum Mobile (aplikasi) itu, itu adalah bentuknya yang di dalamnya ada layanan Pegadaian, layanan PNM di situ, kemudian mereka berkolaborasi untuk memberikan pelayanan lebih banyak lagi,” kata Supari.
Kemudian, langkah selanjutnya adalah melengkapi 66 ribu tenaga pemasaran dengan proses bisnis digital. Tenaga pemasaran tersebut bisa bekerja di wilayah kerja tanpa harus pergi ke kantor menggunakan aplikasi Senyum Mobile. Dalam aplikasi tersebut, terdapat produk layanan 3 entitas yaitu, Pegadaian, PNM, dan BRI yang bisa dijual dengan mudah oleh 66 ribu tenaga pasar tersebut.
Ketiga, mengintegrasikan data. Menurut Supari saat ini telah terkumpul hingga 25 juta data. Data tersebut bisa dikaji lebih lanjut untuk melihat perilaku pelaku usaha mikro.
“Untuk apa? Untuk memetakan kebutuhan literasi, pemberdayaan mereka,” tandas Supari.
Ia berharap dengan adanya pemberdayaan yang solid dari BRI, maka ultra mikro bisa mempercepat pelaku usaha naik kelas.**